March 20, 2013

kamu



Ego. Ego adalah sifat umum manusia yang dimiliki oleh semua orang, tidak terkecuali kamu. Hal itu biasanya terjadi tanpa kita sadari, termasuk kamu. Aku tidak bermaksud memojokkanmu atau apa. Yang jelas aku ingin kamu tau ego-mu yang terkadang bahkan malah sering membuat orang disekelilingmu tidak suka sama kamu.

Ya. Aku pun tau. Tidak ada manusia yang sempurna. Aku juga punya ego. Bahkan dulu pernah ada yang bilang aku begitu egois. Tapi setelah mendapat beberapa kritik dan saran dari teman-temanku, aku bisa berubah. Kali ini aku ingin mengkritik kamu. Dan harapanku supaya kamu bisa berubah.

Oya ini hanya sebuah opini, persepsiku serta unek-unekku dan teman-temanku yang tidak suka dengan ego-mu yang sekarang. Tapi aku tidak tau, teman-temanmu yang sekarang menganggap kamu egois atau tidak. Ya wajar saja, mereka belum lama mengenalmu dibandingkan aku dan teman-temanmu tiga tahun yang lalu. 

Hampir setahun ini, kamu banyak berubah. Banyak sekali. Aku pikir kamu pasti tau apa saja yang berubah dari diri kamu. Kali ini aku komentari tentang ego-mu ya.

Sebelumnya aku mau nanya, apasih yang buat kamu berubah? Kenapa kamu tidak seperti dulu lagi? Aku tidak menemukan sosok kamu sesungguhnya sekarang. Jauh berbeda dengan aku dan teman-temanku mengenalmu dahulu.

Contoh konkretnya begini. Aku dan teman-temanku perhatikan, setiap kita kumpul bareng, pasti tidak ketinggalan kamu tiba-tiba mengalihkan pembicaraan atau berceletuk dengan membicarakan tentang teman-temanmu dan keluarga barumu yang sekarang dengan seorang yang mengenal mereka juga, padahal disaat yang sama kita sedang bernostalgia atau membicarakan sesuatu tentang masa-masa kita dahulu.

Aku dan teman-temanku menganggap kamu seolah-olah tidak menghargai apa yang sedang kita bicarakan. Kamu seolah-olah membanggakan sekali teman-teman dan keluarga barumu sekarang, dan seolah-olah kamu menganggap kami ini pendengar setia yang mau mendengarkan pembicaraanmu itu. Padahal sama sekali tidak

Kamu lebih meluangkan waktu untuk jabatanmu yang sekarang. Contohnya, ketika hampir semua dari kita kumpul, dari luar kota danlain sebagainya, padahal kita sudah membuat rencana untuk kumpul seharian. Ehtapi kamu izin dengan alasan memenuhi tanggungjawab dalam bidangmu dengan keluarga barumu. Seharusnya kamu tau, waktu tidak bisa diulang. Seharusnya kamu bisa memprioritaskan terlebih dahulu. Saat itu kami semua kecewa sama kamu.

Kalau dipikir-pikir, tanpa kami, tanpa motivasi kami, tanpa kebersamaan kita dahulu, kamu tidak bisa jadi seperti ini. Kamu ingat tentang pernyataan kamu dahulu yang menyatakan bahwa lebih baik memiliki satu sahabat daripada banyak teman tapi tidak pengertian itu rasanya hati kami dicabik-cabik. Robek seketika. Kamu tidak sadar ya perkataanmu waktu itu? Begitu menyakiti. Terus apa artinya kami selama ini? Jangan menjadi kacang yang lupa kulitnya. Kalau dianalogikan seperti ini, suatu bangsa dikatakan berhasil dan terhormat jika menghargai jasa-jasa para pahlawannya. Itu sama saja dengan kehidupan kita, seperti yang dikatakan Bung Karno, JASMERAH. Jangan melupakan kami yang dulu selalu ada jika kamu butuh, yang dulu selalu ada untuk membantu kamu.

Contoh lain. Ketika waktu itu, satu diantara kita sakit. Aku membertitahumu dan teman-teman kita untuk menjenguknya. Lalu satu diantara kami mengajakmu untuk menjenguknya. Tapi seenaknya kamu bilang bahwa kamu tidak bisa karena kamu ingin menghadiri kejutan ulang tahun keluarga barumu. Apa kamu tau kalau kami begitu kecewa kamu bilang seperti itu? Kamu terlalu terlihat lebih mementingkan mereka dibandingkan kami. Dan ternyata keeseokan harinya, kamu hadir juga menjenguk teman kita. Kamu tau, saat itu kamu tidak lebih dari seorang penjiilat ludah sendiri.
Kamu juga egois. Kamu lebih mementingkan kepentingan dunia-mu dibandingkan kepentingan akhirat-mu. Kamu suka mengulur-ulur waktu ketika panggilan solat berkumandang. Padahal kamu pun tau kehidupan di akhirat lebih kekal dibandingkan dunia.

Dan masih banyak lagi ego-mu yang berlebihan. Aku dan teman-temanku tidak mau menyebutkan itu satu persatu. Kami harap kamu bisa mengerti mana saja egomu.

Kamu banyak berubah. Apa karena faktor lingkungan? Mengapa bahasamu akhir-akhir ini jadi agak kasar? Siapa orang yang mengajarimu? Setauku dan setau teman-temanku, kamu datang dari keluarga baik-baik, bertutur kata sopan, tapi kok kamu begitu sekarang?

Ini bukan hanya dari sudut pandangku saja, banyak teman juga yang bilang kamu sangat banyak berubah. Bahkan, seorang guru kita dulu pun berpersepsi begitu.  Jujur. Kami tidak begitu suka dengan perubahan egomu yang sekarang. Mana sosok kamu yang dulu? Mana sosok dirimu dengan apa adanya kamu yang dulu?

Kami tau kamu. Kami kenal kamu. Kami tau egomu ini bukan sesungguhnya jati diri kamu. Sebenernya ini sih hak kamu mau jadi seperti apa. Kamu sudah besar, kamu bisa menentukan apa yang menurutmu baik atau tidak. Tapi satu hal yang perlu kamu tau bahwa kami semua sayang kamu. Kami sebagai teman-teman sudah selayaknya mengingatkan temannya, kami tidak ingin melihat seorang teman kami memiliki sifat yang begitu. Kamu bukan anak-anak lagi yang bisa berbicara seenak jidat. Kamu seharusnya lebih paham tentang kapan dan dimana kamu harus berbicara sepantasnya, yang tidak menyakiti hati orang lain.

Semoga kamu tetap menjadi apa yang kami inginkan. Kami merindukan sosok kamu yang dulu. Kami tidak berharap kamu menjadi seseorang yang diumpamakan sebagai kacang lupa kulitnya. Aku dan teman-teman tidak memiliki maksud apa-apa kok. Kami hanya mau kamu tau saja. Maaf sebelumnya jika kamu tidak suka kami jujur seperti ini. Maaf juga jika kamu tersinggung. Tapi berkata jujur memang lebih baik sebelum egomu terlanjur menjadi-jadi. Maaf sekali. Maaf aku harus berbicara seperti ini.

1 comment:

Anonymous said...
This comment has been removed by a blog administrator.

Flickr