December 20, 2011

Kepiting dan Kalajengking


Kalo ngomong tentang Kalajengking sama Kepiting, pasti pada bingung apa maksudnya. Mungkin ada yang mengira karena sama-sama memiliki capit yang tajam, atau mungkin karena sesama hewan jenis anthropoda. Hmm... salah besar kalo nganggepnya kaya gitu. Yang aku tulis disini merupakan kisah nyata yang mungkin pernah dialami sama seseorang – aku sama teman baruku.
  Di cerita ini, aku sebagai Kalajengking dan temanku sebagai Kepiting. Kalo ngomong tentang karakter sih, si Kalajengking ini baik, ramah, suka cerita, tapi sering sedih kalo lagi terkena sesuatu yang gak ngenakin. Kalo si Kepiting, yang merupakan teman barunya Kalajengking, dia ramah, asyik, baik, teman curhat yang baik dan penghibur setia kalo Kalajengking lagi sedih.
Pertemanan mereka dimulai dari sebuah pantai yang ada di Bali. Waktu itu Kalajengking lagi nangis karena nyasar sendiri dari rombongannya, tiba-tiba Kepiting yang habis nyari makanan di pinggir pantai, datang nyamperin Kalajengking yang lagi nangis. 
“Hey, kamu kenapa?” tanya Kepiting dengan lembut. 
“Aku lagi ketakutan karena aku nyasar sendiri di pantai ini,” jawab Kalajengking terisak. 
“Yaudah kamu jangan takut, ada aku disini, nanti aku bantuin kamu balik ke tempat tinggalmu.” Jawab Kepiting dengan ramah. 
“Tapi aku bingung arah mana yang mau aku tuju, aku ketinggalan dari rombonganku, dan ini sudah mulai malam.” balas Kalajengking yang masih menangis. 
“Yaudah, kamu berhenti nangis geh, aku janji aku akan nganterin kamu pulang, kamu jangan takut.” hibur Kepiting yang menaruh iba pada Kalajengking. 
Kalajengking pun mulai berhenti menangis.

“Oh,ya, makan ini, pasti kamu lapar” seraya Kepiting memberi sebagian makanannya kepada Kalajengking. 
“Iya.. makasih ya. Apa kamu sendiri udah makan?” tanya Kalajengking sambil memakan makanan yang diberi Kepiting. 
“Aku udah makan kok. Itu buat kamu aja,” jawab Kepiting dengan ramah. 
“Terimakasih ya..!!” kata Kalajengking sambil tersenyum. 
“Iya, sama-sama” jawab Kepiting dengan tersenyum juga.
“Oya, karena ini udah malam, kamu menginap aja di rumahku,” kata Kepiting menawarkan bantuan. 
“Tapi...............” jawab Kalajengking dengan ragu-ragu. 
“Tenang aja, di rumahku ada Ibu dan adikku, jadi kamu gak perlu takut atau khawatir.” bujuk Kepiting meyakinkan Kalajengking. 
“Baiklah kalau begitu.” jawab Kalajengking mengiyakan ajakan Kepiting. 
“Oke kalau begitu,” kata Kepiting. 
“Hmm... Tapi apa aku tidak terlalu merepotkanmu?” tanya Kalajengking yang masih agak sedikit ragu. 
“Sudahlah, kau tak usah ragu. Kita kan sudah berteman.” Kepiting membujuk Kalajengking dengan ramah. 
“Baiklah.............,” jawab Kalajengking sambil mengikuti arah Kepiting pergi.

Tak lama dari itu, mereka sampai di rumah Kepiting. Lalu Kepiting memperkenalkan Kalajengking kepada ibunya. 
“Bu, ini Kalajengking, teman baruku. Ia tersesat dan ketinggalan dari rombongannya,” sambil menunjuk ke arah Kalajengking. 
“Iya, Bu, Kepiting menolongku di pinggir pantai, dan dia menawarkan untuk bermalam disini. Boleh kan, Bu?” tanya Kalajengking dengan penuh harapan. 
“Tentu saja boleh nak, kamu tidur aja sama dia,” sambil menunjuk ke arah adiknya Kepiting dan memberikan selimut kepada Kalajengking. 
“Oh, iya, Bu. Terima kasih banyak.” jawab Kalajengking dengan penuh rasa terima kasih. 
“Besok kamu bangun pagi-pagi ya! Aku akan mengantarmu pulang,” perintah Kepiting. 
“Oke..!!” jawab Kalajengking dengan semangat, seraya menuju kamar tempat bermalamnya.

Keesokan harinya, setelah mereka sarapan, mereka langsung pamit kepada Ibu Kepiting untuk mengantar Kalajengking pulang. 
“Bu, aku pulang dulu. Terima kasih banyak atas bantuan yang telah Ibu berikan,” pamit Kalajengking dengan rasa haru. 
“Iya, sama-sama ya nak! Sering main kesini ya! Dan ini sedikit bekal untukmu dijalan,” sambil memberikan sebungkus makanan pada Kalajengking. 
Mereka pun segera pergi untuk mengantar Kalajengking pulang.

Di perjalanan pulang, mereka bersenda gurau dan menceritakan serta saling berbagi cerita tentang diri mereka. Kalajengking sangat senang bisa kenal Kepiting yang merupakan pendengar setia keluh kesahnya, begitupun Kepiting. Karena jalan menanjak dan licin, Kalajengking pun terpeleset dan kakinya keseleo. 
“Aauuuuuuu.......................” jerit kesakitan dan menangis si Kalajengking. 
“Kamu kenapa?” tanya Kepiting yang tampak khawatir akan keadaan Kalajengking. 
“Kakiku terkilir karena terpeleset, dan...dan..aku susah untuk jalan,” tangis Kalajengking semakin tersedu-sedu. 
“Yaudah kamu jangan nangis.. kamu aku gendong untuk berdiri dan aku bantu berjalan pelan-pelan.” Kepiting mulai menopang Kalajengking untuk berjalan.

Tidak lama setelah itu, akhirnya mereka sampai di rumah Kalajengking. Dari kejauhan tampak ayah Kalajengking yang khawatir melihat anaknya pulanng dengan kondisi tergopoh-gopoh. 
“Ayah, aku kepeleset dibawah sana,” sambil menunjuk tempat dimana ia kepeleset. 
“Tapi kamu gak kenapa-kenapa kan nak?” tanya ayah Kalajengking yang sangat khawatir akan keadaan anak perempuannya. 
“Tidak apa-apa kok ayah, ini udah mendingan. Oh, ya, ayah, ini teman baruku yang menolongku sejak aku tersesat kemarin di tepi pantai,” sambil memperkenalkan Kepiting kepada ayahnya. 
“Terima kasih ya Kepiting, kamu sudah menolong anakku,” kata ayah Kalajengking dengan penuh rasa terima kasih. 
“Iya, sama-sama ya, Pak!!” balas Kepiting dengan senyum.

Lalu ayah Kalajengking, Kalajengking dan Kepiting bersenda gurau bersama sambil menceritakan kejadian kemarin yang dialami Kalajengking. Sejak saat itulah Kepiting dan Kalajengking menjadi teman akrab dan sering menghabiskan waktu untuk bermain bersama.

~Selesai~

Flickr