June 18, 2014

Sebuah Analogi: Ikan Salmon



Gue yakin lo lo pade tau apa itu ikan salmon. Kalo belum tau ikan salmon tanya aja ke mbah google pasti bakal dijawab. Ya intinya sih gini: setiap tahunnya ikan salmon akan bermigrasi, melawan arus sungai, berkilometer jauhnya hanya untuk bertelur. Beberapa spesies, seperti Snake River Salmon bahkan berenang sepanjang 1448 kilometer lebih, dua kali lipat jarak Jakarta – Surabaya. Perjalanan salmon ini gak gampang. Di tengah berenang, banyak yang mati kelelahan. Banyak juga yang menjadi santapan beruang yang nunggu di daerah-daerah dangkal. Namun, salmon-salmon ini tetap pergi, tetap pindah, apa pun yang terjadi. Sama kayak hidup kita. Tetap pindah, tetap berubah, selalu dinamis. Ya karena yang tetap dalam dunia ini adalah perubahan. Lo lo pade, termasuk juga gue sih, gak akan bisa ngelak akan yang namanya perubahan itu sendiri. Baik yang terjadi sama kita, orang-orang di sekitar kita, dan juga lingkungan kita.

Selagi nulis tulisan ini pun gue udah mengalami banyak perpindahan. Gue mengalami pindah hubungan dengan mama dan papa gue. Seiring dengan diri mereka yang semakin tua, hubungan gue dan mereka semakin dekat dan erat. Ya gue bersyukur banget sih. Semenjak sekarang ini gue lebih sering dan bahkan banyak banget curhat sama mama dari hal-hal yang gak penting sampe hal-hal yang menyangkut masa depan gue sendiri. Dan gue juga banyak sharing sama papa tentang segala hal. Gue seneng.

Ketika lulus SD gue mengalami perpindahan dari jamannya gak punya malu mau ngapa-ngapain jadi punya malu dikit waktu SMP walaupun banyak malu-maluinnya, contoh: makan di KFC bareng temen, mesen dikit tapi nongkrongnya lama banget, trus foto-foto gak jelas, selfie selfie gitu, jerit-jerit, ngerumpi gede-gede, sampe pelanggan yang lain dateng ilfil ngeliatin gue dan temen-temen gue, sumpah itu malu-maluin banget. Waktu SMP juga gue ngalamin perubahan dari yang tadinya gue belom sama sekali pernah suka sama cowo, nah pas masuk SMP ngesir abis-abisan sama cowo. Dan kalo diinget-inget gue bakal salting dan ketawa-ketawa sendiri. Gue juga mengalami pindah rumah, yang tadinya tinggal di ruko kakek gue di daerah Kedaton sekarang tinggal di rumah sendiri di daerah Rajabasa. Gue juga mengalami perpindahan selera, yang tadinya cepet bosen dirumah, menjadi selalu kangen kasur kalo lagi siang-siang abis isoma di sekolah rasanya pengen banget meluk guling di kamar. Ketika gue lulus SMP dan masuk SMA, gue juga mengalami perpindahan, dari yang tadinya males-malesan jadi agak rajin dikit. Ya kalo gue gak rajin gue bakal ketinggalan jauh sama banyak temen gue yang jauh lebih pinter dari gue. Dan kalo gue gak rajin, ya you know lah kejamnya tugas-tugas di sekolah gue, Al-Kautsar, kayak gimana *tepok jidat*. Hidup sesungguhnya adalah potongan-potongan antara perpindahan satu dengan lainnya, dan kita hidup diantaranya.

Pindah juga bisa menyangkut urusan hati. Dan selama gue hidup, gue udah beberapa kali ngerasain perpindahan hati (read: move on), dari satu orang ke orang lain. Gak hanya hal-hal itu sih. Kalo mau dipikir-pikir, bagian-bagian di dalam tubuh kita juga pindah. Gerakan peristaltik ketika menelan makanan membuat makanan pindah dari mulut ke kerongkongan dan akhirnya menuju lambung. Sel darah merah berpindah sejak mulai dipompa jantung hingga menyebar ke seluruh bagian tubuh. Bakteri di dalam sistem pencernaan pindah dari usus besar dan berakhir ke jamban. Benda mati juga pindah-pindah. Mobil pindah setiap hari, debu-debu kecil di rumah terbang ketika ada angin, bahkan dalam skala yang paling kecil elektron berpindah-pindah, berputar mengelilingi proton dan neutron dalam sebuah atom. Betapa abadinya sebuah perubahan yang diciptakan Allah dalam hidup ini.

Hidup penuh dengan ketidakpastian, tetapi perpindahan adalah satu hal yang pasti. Setiap kali gue ke bandara untuk pergi ke luar kota atau sekedar nganterin, gue selalu melihat orang-orang yang hendak pergi berpelukan dengan keluarga mereka di depan pintu masuk. Atau lebih real nya lagi gini, saat lagi patah hati karena seseorang ngilang dari hidup gue, hati gue mengalami perpindahan bentuk, dari yang tadinya utuh jadi berkeping-keping (kayak sekarang) *uhuk curhat*. Kepindahan itu membuat orang-orang terdekatnya sedih. Kalau pindah diidentikkan dengan kepergian, maka kesedihan menjadi sesuatu yang mengikutinya. Kita sering berpikir ini adalah perpisahan sehingga merasa sedih melepas hal-hal yang diakrabi, hal-hal yang membuat selama ini membuat kita senang dan nyaman. Akhirnya, melakukan perpindahan ke tempat dan ke hal-hal baru membuat kita dihantui rasa cemas. Apakah akan sama enaknya? Apakah akan sama menyenangkan? Apakah akan lebih baik?

Padahal, untuk melakukan pencapaian lebih, kita gak bisa cuma bertahan di tempat yang sama. Gak ada kehidupan lebih baik yang bisa didapatkan tanpa melakukan perpindahan. Mau gak mau, kita harus seperti ikan salmon. Gak takut pindah dan berani berjuang untuk mewujudkan harapannya. Bahkan, rela mati di tengah jalan demi mendapatkan apa yang diinginkannya. Gue jadi berpikir, ternyata untuk mendapatkan sesuatu yang lebih baik, gue gak perlu menjadi manusia super. Gue cuma perlu ngikutin cara hidupnya ikan salmon yaitu terus berjuang dan gak takut sama yang namanya perpindahan dan perubahan.

No comments:

Flickr