Ego. Ego adalah sifat umum manusia yang dimiliki oleh
semua orang, tidak terkecuali kamu. Hal itu biasanya terjadi tanpa kita sadari,
termasuk kamu. Aku tidak bermaksud memojokkanmu atau apa. Yang jelas aku ingin
kamu tau ego-mu yang terkadang bahkan malah sering membuat orang disekelilingmu
tidak suka sama kamu.
Ya. Aku pun tau. Tidak ada manusia yang sempurna. Aku
juga punya ego. Bahkan dulu pernah ada yang bilang aku begitu egois. Tapi
setelah mendapat beberapa kritik dan saran dari teman-temanku, aku bisa
berubah. Kali ini aku ingin mengkritik kamu. Dan harapanku supaya kamu bisa
berubah.
Oya ini hanya sebuah opini, persepsiku serta
unek-unekku dan teman-temanku yang tidak suka dengan ego-mu yang sekarang. Tapi
aku tidak tau, teman-temanmu yang sekarang menganggap kamu egois atau tidak. Ya
wajar saja, mereka belum lama mengenalmu dibandingkan aku dan teman-temanmu
tiga tahun yang lalu.
Hampir setahun ini, kamu banyak berubah. Banyak
sekali. Aku pikir kamu pasti tau apa saja yang berubah dari diri kamu. Kali ini
aku komentari tentang ego-mu ya.
Sebelumnya aku mau nanya, apasih yang buat kamu
berubah? Kenapa kamu tidak seperti dulu lagi? Aku tidak menemukan sosok kamu
sesungguhnya sekarang. Jauh berbeda dengan aku dan teman-temanku mengenalmu
dahulu.
Contoh konkretnya begini. Aku dan teman-temanku
perhatikan, setiap kita kumpul bareng, pasti tidak ketinggalan kamu tiba-tiba
mengalihkan pembicaraan atau berceletuk dengan membicarakan tentang
teman-temanmu dan keluarga barumu yang sekarang dengan seorang yang mengenal
mereka juga, padahal disaat yang sama kita sedang bernostalgia atau membicarakan
sesuatu tentang masa-masa kita dahulu.
Aku dan teman-temanku menganggap kamu seolah-olah tidak
menghargai apa yang sedang kita bicarakan. Kamu seolah-olah membanggakan sekali
teman-teman dan keluarga barumu sekarang, dan seolah-olah kamu menganggap kami
ini pendengar setia yang mau mendengarkan pembicaraanmu itu. Padahal sama
sekali tidak
Kamu lebih meluangkan waktu untuk jabatanmu yang
sekarang. Contohnya, ketika hampir semua dari kita kumpul, dari luar kota
danlain sebagainya, padahal kita sudah membuat rencana untuk kumpul seharian. Ehtapi
kamu izin dengan alasan memenuhi tanggungjawab dalam bidangmu dengan keluarga
barumu. Seharusnya kamu tau, waktu tidak bisa diulang. Seharusnya kamu bisa
memprioritaskan terlebih dahulu. Saat itu kami semua kecewa sama kamu.
Kalau dipikir-pikir, tanpa kami, tanpa motivasi kami,
tanpa kebersamaan kita dahulu, kamu tidak bisa jadi seperti ini. Kamu ingat
tentang pernyataan kamu dahulu yang menyatakan bahwa lebih baik memiliki satu
sahabat daripada banyak teman tapi tidak pengertian itu rasanya hati kami
dicabik-cabik. Robek seketika. Kamu tidak sadar ya perkataanmu waktu itu?
Begitu menyakiti. Terus apa artinya kami selama ini? Jangan menjadi kacang yang
lupa kulitnya. Kalau dianalogikan seperti ini, suatu bangsa dikatakan berhasil
dan terhormat jika menghargai jasa-jasa para pahlawannya. Itu sama saja dengan
kehidupan kita, seperti yang dikatakan Bung Karno, JASMERAH. Jangan melupakan
kami yang dulu selalu ada jika kamu butuh, yang dulu selalu ada untuk membantu
kamu.
Contoh lain. Ketika waktu itu, satu diantara kita
sakit. Aku membertitahumu dan teman-teman kita untuk menjenguknya. Lalu satu
diantara kami mengajakmu untuk menjenguknya. Tapi seenaknya kamu bilang bahwa
kamu tidak bisa karena kamu ingin menghadiri kejutan ulang tahun keluarga
barumu. Apa kamu tau kalau kami begitu kecewa kamu bilang seperti itu? Kamu terlalu
terlihat lebih mementingkan mereka dibandingkan kami. Dan ternyata keeseokan
harinya, kamu hadir juga menjenguk teman kita. Kamu tau, saat itu kamu tidak
lebih dari seorang penjiilat ludah sendiri.
Kamu juga egois. Kamu lebih mementingkan kepentingan
dunia-mu dibandingkan kepentingan akhirat-mu. Kamu suka mengulur-ulur waktu
ketika panggilan solat berkumandang. Padahal kamu pun tau kehidupan di akhirat
lebih kekal dibandingkan dunia.
Dan masih banyak lagi ego-mu yang berlebihan. Aku dan
teman-temanku tidak mau menyebutkan itu satu persatu. Kami harap kamu bisa
mengerti mana saja egomu.
Kamu banyak berubah. Apa karena faktor lingkungan?
Mengapa bahasamu akhir-akhir ini jadi agak kasar? Siapa orang yang mengajarimu?
Setauku dan setau teman-temanku, kamu datang dari keluarga baik-baik, bertutur
kata sopan, tapi kok kamu begitu sekarang?
Ini bukan hanya dari sudut pandangku saja, banyak
teman juga yang bilang kamu sangat banyak berubah. Bahkan, seorang guru kita
dulu pun berpersepsi begitu. Jujur. Kami
tidak begitu suka dengan perubahan egomu yang sekarang. Mana sosok kamu yang dulu?
Mana sosok dirimu dengan apa adanya kamu yang dulu?
Kami tau kamu. Kami kenal kamu. Kami tau egomu ini
bukan sesungguhnya jati diri kamu. Sebenernya ini sih hak kamu mau jadi seperti
apa. Kamu sudah besar, kamu bisa menentukan apa yang menurutmu baik atau tidak.
Tapi satu hal yang perlu kamu tau bahwa kami semua sayang kamu. Kami sebagai
teman-teman sudah selayaknya mengingatkan temannya, kami tidak ingin melihat
seorang teman kami memiliki sifat yang begitu. Kamu bukan anak-anak lagi yang
bisa berbicara seenak jidat. Kamu seharusnya lebih paham tentang kapan dan
dimana kamu harus berbicara sepantasnya, yang tidak menyakiti hati orang lain.
Semoga kamu tetap menjadi apa yang kami inginkan. Kami
merindukan sosok kamu yang dulu. Kami tidak berharap kamu menjadi seseorang
yang diumpamakan sebagai kacang lupa kulitnya. Aku dan teman-teman tidak
memiliki maksud apa-apa kok. Kami hanya mau kamu tau saja. Maaf sebelumnya jika
kamu tidak suka kami jujur seperti ini. Maaf juga jika kamu tersinggung. Tapi
berkata jujur memang lebih baik sebelum egomu terlanjur menjadi-jadi. Maaf
sekali. Maaf aku harus berbicara seperti ini.