May 10, 2013

Cinta Bagi yang Muda #UPA

Cinta memang tak mungkin dipaksa karena itu adalah anugrah. Namun, ia bisa ditata agar ia sesuai dengan syariat.


Cobalah berpuasa untuk mengekang cinta yang belum sepantasnya agar ia tidak menjadi dosa karena diumbar sebelum waktunya.
Atau arahkan cinta untuk mengalun puji-pujian kepada-Nya lewat pena. Biar cinta jadikan lembaran-lembaran menarik yang layak dibaca.
Bicara cinta kepada lawan jenis memang menarik hati. Namun, mencintai dalam keheningan itu punya daya pikat tersendiri.
Tak selamanya mencintai itu memiliki, terkadang cinta harus melepas pergi. Jauhkan yang dicintai dari api, dekatkan ia pada cinta Ilahi.
Tak selamanya mencintai itu harus berpegangan tangan. Ia hanya mengumbar nafsu setan, menopeng cinta dengan kemaksiatan.
Yang muda boleh bercinta, namun tidak dengan cara-cara kaum penyembah berhala, yang menjadikan cinta sebagai tandingan sesembahan selain Allah.
Allah sayang kepada hamba-hamba-Nya yang berserah dan menjaga diri. Terlebih lagi kaum muda yang memperhatikan harga diri.
Belajarlah, menulislah, berkaryalah, berprestasilah, bergeraklah. Asal jangan rusak masa depanmu dengan pacaran.

#2 #UPA



Bila cinta nafsu membuat hati berkarat, segera bersimpuh memohon taubat, tundukkan kepala dalam shalat, niscaya Allah pasti berikan ampunan sarat.
Kala pacaran bisa membuat sesat, kesadaran dan iman perlahan minggat, saatnya fisik dan jiwa diralat, kembali kepada MahaKuat.
Cinta memang sudah tersurat, namun memenuhinya dengan halal dan haram adalah suatu iradat, pilihan bagi akal yang sehat.
Cinta pun bisa tersirat, melalui rasa hormat, menjaga amanat, dengan tak biarkan setan melawat, walau hanya dengan berkirim surat.
Menjadi Muslim sejati adalah pilihan berat, menundukkan gairah dan cinta dalam mihrab taat, menghamba Allah dengan tekad bulat.
Mudah-mudahan dengan itu, Allah berkenan mengganjar kita dengan pahala berlipat, bagi setiap yang saleh dan salehah.

#1 #UPA



Jika cinta bergantung pada paras, waktu akan memutuskan cinta seiring bertambahnya usia. 
Jika cinta didasarkan atas harta, mekanisme pasar akan menentukan pasang surutnya cinta.
Jika cinta dimulai dari kagum, seiring kedekatan, cinta akan hilang karena telah terbiasa.
Jika cinta diretas dengan kasihan, cinta takkan bertahan dalam senang, lekang dimakan bahagia.

Cinta punya banyak pintu, yang terbaik memang klise. Mencintai karena Allah, mencintainya karena Allah mencintainya.
Dengan jaminan “cinta karena Allah” setiap helaan napas kehidupan pastilah sama. Mengalir syahdu dalam kanal cinta yang dibatasi Allah.
Dengan jaminan “cinta karena Allah”, cinta akan bertahan selama Allah ada. Karena Dia yang menjaminnya, memeliharanya, dan menyuburkannya.
Cukup “cinta karena Allah”, dua insan yang tak pernah jumpa akan selaras. Tak perlu banyak cakap setara pacaran namun miskin isi.

Hanya “cinta karena Allah” yang mempu membuat suami segarang apapun tunduk patuh. Hanya karena ucapan istri “Rasulullah SAW begini dan begitu.”
Hanya “cinta karena Allah” yang dapat membuat keluh kesah istri berubah jadi senyum. Saat dikatakan “Rasulullah SAW memerintah istri begini dan begitu.”

Ya Allah, aku mencintai mereka karena-Mu. Karenanya aku tinggalkan mereka dalam peraduan di bawah pengawasan-Mu dan rahmat-Mu.
Ya Allah, aku mencintai mereka karena-Mu. Karenanya aku berusaha membuktikan tiada yang lebih penting daripada urusan-Mu.
Maha Suci Allah yang mengaruniakan cinta dalam setiap hati kaum Mukmin dan Mukminah.

Flickr