DRAMA
BAHASA INDONESIA
-
Annisa
sebagai Icha
-
Azura
sebagai Mama
-
Novriza
sebagai Pak Tiko
-
Rika
sebagai Aulia
MELODI CINTA UNTUK MAMA
Di
salah satu kota metropolitan yang ada di Indonesia yaitu Jakarta, ada sebuah
keluarga kecil nan sederhana yang hanya terdiri dari seorang anak dan Mama
tersayangnya. Anak tersebut bernama Aulia. Ia murid kelas 3 SMA di Persada
International Senior High School.
Disana
ia memiliki sahabat dekat yaitu Icha. Icha sangat kagum pada Aulia karena ia
termasuk murid yang sangat pintar di sekolahnya. Aulia pun cantik dan mudah
bergaul dengan siapa saja. Maka dari itu banyak orang yang dekat dengan Aulia.
Namun dari sekian banyak teman-teman di sekolahnya, Icha-lah teman yang paling
dekat dengan Aulia.
Pak
Tiko, Guru Fisika sekaligus Kepala Sekolah SMA Persada Internasional, yang
kebetulan mengajar di kelasnya Aulia. Pak Tiko sangat bangga memiliki murid
yang cerdas dan sopan seperti Aulia. Pak Tiko sering mengikutkan Aulia dalam
berbagai perlombaan eksak seperti Olimpiade. Aulia pun sering memenangkan
beberapa kejuaraan olimpiade terutama dalam bidang Ilmu Pengetahuan Alam
khususnya Fisika.
Namun,
Mama Aulia kurang mendukung potensi yang ada pada diri anaknya itu. Mamanya
ingin ia menjadi atlet renang karena seebagian keluarga besar mereka adalah
atlet dalam berbagai cabang olahraga.
Tadinya
Aulia memiliki seorang kakak laki-laki bernama Farid, namun ia meninggal dunia
dalam kecelakaan maut yang merenggut nyawanya saat ia ingin ke Singapura untuk
mengikuti seminar tentang teknologi modern. Itulah yang membuat Mama Aulia
trauma untuk mendukung potensi Aulia dalam bidang eksak.
Pada suatu hari, saat jam mata
pelajaran fisika pada jam terakhir.
Pak Tiko : “Baik anak-anak, Bapak akan membagikan hasil ulangan Fisika
kalian pada minggu kemarin.”
“Dan yang mendapatkan nilai
tertinggi adalah . . . . . Aulia !!!!”
Icha :
“ Maju sana lo, Ul, ambil tuh kertas ulangannya.”
Aulia pun ke depan kelas untuk
mengambil kertas ulangannya.
Pak Tiko : “Selamat ya Aulia, pertahankan dan tingkatkan nilai mu ya!”
(sambil berjabat tangan dengan Aulia)
Aulia :
“Iya, Pak, terima kasih”
Aulia pun kembali ke tempat duduknya.
Icha :
“Ih, Ul, ciye yang dapet nilai seratus”
(sambil mengambil kertas ulangan Aulia
ditangannya)
Aulia :
“Gua gak tau juga, gua geh ngerjainnya asalan. Dan gua pun gak nyangka dapet
nilai segini.”
Icha :
“Bohong aja lo kalo ngerjainnya asalan, buktinya itu nilai lo seratus.”
Aulia :
“Ya kali itu kan anugrah dari Allah, Cha.”
“Udah ah belajar noh jangan berisik ntar Pak
Tiko marah.”
Icha :
“Iyaiya,jeng.”
Setelah jam pelajaran berkahir, Pak
Tiko memanggil Aulia ke ruangannya.
Pak Tiko : “Aul, nanti habis ini kamu ke ruangan Bapak ya!”
Aulia :
“Iya, Pak. Memangnya ada apa pak?”
Pak Tiko : “Ada yang mau Bapak bicarakan sama kamu, tapi di ruangan Bapak
saja.”
Aulia :
“Ya sudah. Baik Pak.”
Sepulang sekolah....
Icha :
“Ul, langsung pulang apa enggak nih?”
Aulia :
“Tunggu bentar ya Cha, gua dipanggil ke ruangannya Pak Tiko sebentar.”
Icha :
“Oh yaudah nanti gua tunggu di gerbang sekolah ya. Gua juga sekalian mau ke
kantin dulu.”
Aulia :
“Okedeh. Dasar perut karet lo.”
Aulia pun menuju ke ruangannya Pak
Tiko.
Aulia :
“Permisi Pak, tadi apa yang mau Bapak bicarakan pada saya?”
Pak Tiko : “Oh iya silahkan duduk dulu Ul.”
Aulia :
“Iya,Pak.”
Pak Tiko : “Begini, tadi pagi Bapak dapat undangan dari Dinas Pendidikan
untuk mengirim utusan dari masing-masing sekolah untuk mengikuti Olimpiade
Fisika yang akan dilaksanakan bulan depan di Yogyakarta. Apa kamu mau?”
Aulia :
“Mau banget, Pak. Saya mau!”
(sambil tersenyum)
Pak Tiko : “Oke kalau begitu, persiapkan dirimu baik-baik ya!”
Aulia :
“Iya, Pak. Apa ada yang mau dibicarakan lagi, Pak?”
Pak Tiko : “Sudah itu saja, Ul.”
Aulia :
“Kalau begitu saya permisi dulu ya Pak.”
Pak Tiko : “Iya, silahkan.”
Sesampai di gerbang sekolah, ia
mencari Icha.
Aulia :
“Ih, Icha ini mana sih? Makan mulu kerjaannya. Katanya tadi janji mau nunggu
disini.”
Icha :
“Doooooor!!!”
“Hayo nyariin gua ya? Ngaku? Ngaku?”
Aulia :
“Astaghfirullah Ichaaaaaaa!!”
“Lo ini bikin jantung orang hampir copot
aja.”
Icha :
“Sori..Sori..”
“Gua sengaja, eh maksudnya gua gak sengaja.”
Aulia :
“Huuuu.....”
“Yaudah pulang yuk!”
Icha :
“Yukmareeeee....”
Sesampainya di rumah, ia bermaksud
memberi tahu kepada Mamanya bahwa ia ingin ikut Olimpiade Fisika di Yogyakarta.
Aulia :
“Ma.......”
Mama :
“Iya nak ada apa?”
(sambil membaca majalah yang ada ditangannya)
Aulia :
“Ada yang mau aku omongin ke Mama.”
“Boleh gak Ma?”
Mama :
“Apa itu?”
Aulia :
“Gini, Ma, tadi Pak Tiko bilang ke aku katanya dia dapet surat undangan dari
Dinas Pendidikan untuk ngikutin Olimpiade Fisika yang akan dilaksanakan bulan
depan di Yogyakarta, Ma.”
“Boleh ya Ma?”
Mama :
“Apa!!!!!!!”
(sambil menutup dan membanting majalah yang
sedang ia baca)
Aulia :
“Kenapa Ma?”
(dengan memasang muka ketakutan dan melas)
Mama :
“Kamu ini gak pernah ngertiin Mama sedikit!! Mama itu kurang suka kalo kamu
ikut-ikut kaya begituan.”
“Mama itu maunya kamu jadi atletik. Kamu itu
satu-satunya anak Mama, Ul. Apa kata saudara-saudara kita kalo tau kamu gak
bisa apa-apa dalam olahraga? Mama malu nak!! Mama malu!!”
(Mama berbicara dengan nada tinggi disertai
emosi)
Aulia :
“Maaf, Ma..............”
(Aulia dengan muka sangat bersalah)
Mama :
“Pokoknya Mama gak mau tau, nanti sore kamu les renang di Marco! Mama udah
bayar lunas guru lesnya! Pokoknya kamu harus dateng!”
(beranjak pergi meninggalkan Aulia)
Aulia :
“Tapi Ma.....................”
Aulia tidak bisa membantah perkataan
Mamanya. Akhirnya ia memutuskan untuk berangkat dan mengikuti les renang sesuai
kemauan Mamanya. Ia berangkat les renang dengan muka ditekuk.
Aulia :
“Coba Mama ngerti kemauan aku ya.....”
Aulia mengeluh selama di perjalanan
menuju kolam renang.
Keesokan paginya, sesampainya di
sekolah, ia berniat ingin membatalkan Olimpiade Fisika tawaran dari Pak Tiko.
Mukanya pun sangat sedih saat ia ingin membatalkan lomba tersebut.
Icha :
“Lo kenapa, Ul?”
Aulia :
“Gua.........Gua mau nemuin Pak Tiko.”
Icha :
“Emang ada apa antara lo sama Pak Tiko?”
Aulia :
“Kemaren Pak Tiko kan nyuruh gua ikut Olimpiade Fisika di Yogyakarta yang akan
dilaksanakan bulan depan, tapi Mama gak ngizinin gua untuk ikut dan malah
marah-marah ke gua karena dia gak setuju.”
“Lo tau sendiri kan Mama kaya gimana.”
Icha :
“Hmmmm.......... Trus kata Mama lo apa?”
Aulia :
“Mama gua malah nyuruh gua ikut les renang dan ngembangin potensi gua dalam
bidang olahraga.”
“Padahal lo tau kan gua gak suka renang?
Bahkan bisa dibilang kalo gua gak suka renang.”
Icha :
“Trus keputusan lo apa?”
Aulia :
“Ya gua mau nemuin Pak Tiko dan batalin ikut lombanya lah.”
Icha :
“Sayang banget tuh, Ul. Jarang-jarang loh ada kesempatan emas kaya gitu. Kan
kalo lo ikut trus lo menang kan sertifikat sama piagamnya bisa untuk daftar
kuliah.”
Aulia :
“Ya daripada gua kena marah-marah terus sama Mama gua.”
“Lebih baik gua batalin aja lombanya.”
“Gua gak mau ngecewain Mama gua Cha.”
Icha :
“Ya itu sih terserah lo aja deh. Untuk yang satu ini gua gak bisa bantu banyak
buat lo.”
Aulia :
“Ya gapapa deh Cha, sebelumnya makasih banyak ya.”
Icha :
“You’re welcome Aul J”
Aulia :
“Yaudah gua mau nemuin Pak Tiko dulu yee.”
Icha :
“Iyee non, silahkan.”
Aulia pun menuju ke ruangannya Pak
Tiko.
Aulia :
“Permisi, Pak.”
(sambil mengetuk pintu)
Pak Tiko : “Iya silahkan masuk, Ul.”
“Ada apa? Tumben kamu nemuin saya.”
“Ada yang penting?”
Aulia :
“Begini, Pak. Saya mau membatalkan ikut lomba Olimpiade Fisika yang Bapak
tawarkan kepada saya kemarin.”
Pak Tiko : “Loh memang kenapa? Kok tiba-tiba kamu batalkan begini?”
Aulia :
“Mama saya gak setuju dan gak ngebolehin saya ikut lomba itu, Pak.”
Pak Tiko : “Emang kenapa? Ini kesempatan bagus loh.”
Aulia :
“Tapi Mama saya tidak menginginkan kalau saya jago dibidang eksak, Pak.”
“Mama saya lebih menginginkan saya mahir
dalam bidang olahraga.”
Pak Tiko : “Apa kamu gak mencoba untuk memberi pengertian ke Mama kamu?”
Aulia :
“Sudah, Pak. Tapi saya malah dimarah-marahin.”
Pak Tiko : “Coba kamu beri pengertian lagi pada Mamamu, mungkin ia bisa
mengerti.”
Aulia :
“Baik Pak. Saya permisi dulu, Pak.”
Pak Tiko : “Iya, silahkan.”
Lalu setelah Aulia keluar dari ruangan
Pak Tiko, ia menceritakan semuanya pada Icha.
Aulia :
“Cha, gimana ini? Gua bingung.”
Icha :
“Ya lo nanti coba aja kasih tau Mama lo kalo lo emang bener-bener pengen ikut
lomba itu!”
Aulia :
“Tapi kalo gak berhasil gimana?”
Icha :
“Ya kan apa salahnya mencoba sih Ul?”
Aulia :
“Okedeh nanti gua coba minta izin lagi ke Mama.”
Icha :
“Nah gitu dong Ul.”
Sesampainya di rumah, Aulia bermaksud
untuk menceritakan dan meminta izin ke Mama kalau ia ingin sekali mengikuti
Olimpiade itu.
Aulia :
“Ma lagi sibuk gak?”
Mama :
“Kenapa emang?”
Aulia :
“Ma, aku mau minta izin sama Mama.”
Mama :
“Izin apa?”
(dengan nada ketus)
Aulia :
“Aku ingin sekali ikut Olimpiade itu Ma,”
Mama :
“Mama bilang enggak ya enggak!”
Aulia :
“Emang kenapa sih ma aku kok gak boleh ikut lomba itu?”
Mama :
“Kamu mau tau kenapa?”
“Yogya itu jauh nak, Mama khawatir sama
kamu.”
Aulia :
“Tapi kan ada Pak Tiko sama Icha yang mau jagain aku Ma.”
Mama :
“Mama tetep gak setuju!”
“Mama lebih setuju kalo kamu berlatih renang
atau apalah disini daripada kamu ikut kaya begituan.”
(dengan nada yang lebih ketus)
Aulia
: “Ma, tolong kasih aku kesempatan untuk ikut lomba ini. Emang salah ya kalo
aku mau ngembangin potensi aku?”
“Ini kesempatan bagus untuk ngembangin
potensi aku, Ma.”
“Tapi kenapa Mama bersikeras melarang aku dan
mengekang aku?”
(dengan nada sedih dan memelas)
Mama :
“Kamu mau tau kenapa Mama kaya gini?”
“Ini semua karena mama khawatir sama kamu
nak.”
“Mama itu khawatir kalo ada sesuatu yang gak
diinginkan terjadi seperti kecelakaan maut yang terjadi pada kakak kamu!”
“Kakak kamu kaya gitu karena waktu itu dia
mau ikut seminar tentang teknologi moderin di Singapura, tapi dia malah
mendapat musibah yang merenggut nyawanya itu!”
“Tapi itu dulu!”
“Mama gak mau hal yang sama terjadi sama
kamu! Lebih baik kamu menekuni bidang olahraga saja daripada ikut lomba eksak
seperti itu!”
Aulia :
“Tapi olahraga juga bisa buat aku cidera bahkan cacat seumur hidup ma!”
“Olahraga resikonya lebih besar!”
“Apa mama gak menyadari itu?”
Mereka berdua pun terdiam. Lalu Aulia
masuk ke kamarnya.
-----------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
Sudah beberapa hari ini mereka tidak saling
bicara. Aulia tidak ingin hal seperti ini terjadi terus menerus.
Pada suatu malam, ia termenung
memikirkan kalimat-kalimat yang dilontarkan mamanya beberapa hari lalu. Di dalam hati Aulia, ia ingin sekali mengembangkan potensinya itu, tetapi ia tidak mau mengecewakan mama tersayangnya itu. Lalu
tiba-tiba ia melantunkan sebuah lagu untuk mamanya.
Apa yang kuberikan untuk
mama
Untuk mama tersayang
Tak kumiliki sesuatu berharga
Untuk mama tercinta
Untuk mama tersayang
Tak kumiliki sesuatu berharga
Untuk mama tercinta
Hanya ini kunyanyikan
Senandung dari hatiku untuk mama
Hanya sebuah lagu sederhana
Lagu cintaku untuk mama
Apa yang kuberikan untuk
mama
Untuk mama tersayang
Tak kumiliki sesuatu berharga
Untuk mama tercinta
Untuk mama tersayang
Tak kumiliki sesuatu berharga
Untuk mama tercinta
Hanya ini kunyanyikan
Senandung dari hatiku untuk mama
Hanya sebuah lagu sederhana
Lagu cintaku untuk mama
Senandung dari hatiku untuk mama
Hanya sebuah lagu sederhana
Lagu cintaku untuk mama
Walau tak dapat selalu ku ungkapkan
Kata cintaku 'tuk mama
Namun dengarlah hatiku berkata
Sungguh kusayang padamu mama
Kata cintaku 'tuk mama
Namun dengarlah hatiku berkata
Sungguh kusayang padamu mama
Hanya ini kunyanyikan
Senandung dari hatiku untuk mama
Hanya sebuah lagu sederhana
Lagu cintaku untuk mama
Senandung dari hatiku untuk mama
Hanya sebuah lagu sederhana
Lagu cintaku untuk mama
Oh.........................
Hanya ini kunyanyikan
Senandung dari hatiku untuk mama
Hanya sebuah lagu sederhana
Lagu cintaku untuk mama
Senandung dari hatiku untuk mama
Hanya sebuah lagu sederhana
Lagu cintaku untuk mama
Hanya ini kunyanyikan
Senandung dari hatiku untuk mama
Hanya sebuah lagu sederhana
Lagu cintaku untuk mama
Senandung dari hatiku untuk mama
Hanya sebuah lagu sederhana
Lagu cintaku untuk mama
Lagu cintaku untuk
mama...
Mungkin lagu itu yang sangat cocok
untuk mewakili perasaan Aulia saat ini.
Saat ia menyanyikan lagu itu, Mamanya
mendengar dari luar dan hatinya pun tersentuh akan kesungguhan anaknya itu. Ia
pun masuk ke kamar Aulia.
Mama :
“Nak, mama sudah berubah pikiran.”
Aulia :
“Sudahlah ma, lupakan saja.”
Mama :
“Tapi kali ini Mama bersungguh-sungguh nak.”
“Kamu benar, mungkin resiko dalam olahraga
lebih besar daripada kamu ikut Olimpiade.”
“Ikutlah lomba itu Nak!”
Aulia :
“Apa Mama gak khawatir sama aku?”
Mama :
“Kan waktu itu kamu bilang kalo Pak Tiko sama Icha mau nemenin kamu selama kamu
di Yogya.”
Aulia :
“Iya, mah. Aku akan belajar sungguh-sungguh untuk mengikuti Olimpiade itu.”
“Tapi kalo bisa mama temenin aku ya pas aku
lomba nanti.”
Mama :
“InsyaAllah ya nak.”
Sejak saat itupun Aulia jadi lebih
rajin dan lebih giat lagi untuk belajar dan mempersiapkan semuanya dengan
matang.
Pada saat perlombaan tiba pun Mama
Aulia, Pak Tiko, dan Icha dengan senang hati menemani Aulia.
Aulia : “Ma, Pak, Cha, doain aku ya semoga
lancar.”
Mama : “Pasti itu nak.”
Pak Tiko : “Selalu! J”
Icha : “So Pasti dong!”
Sekarang adalah saat yang
dinanti-nanti yaitu pengumuman siapa yang menjadi pemenang.
Icha :
“Ul, gua yakin lo pasti jadi yang terbaik.”
Aulia :
“Ih tapi disini banyak yang lebih baik dari gua Cha... Gua mah gak ada
apa-apanya disini.”
Icha :
“Ya liat aja nanti siapa yang menang.”
Pak Tiko : “Usaha keras yang kamu lakukan selama ini pasti membuahkan hasil
yang baik pula, Ul.”
Mama :
“Iya betul itu kata Pak Tiko.”
Aulia :
“Semoga saja ya semnua itu benar.”
Juri pun mengumumkan siapa yang
menjadi pemenang dalam Olimpiade Fisika kali ini. Dan ternyata Aulia menjadi
pemenangnya.
Mama :
“Selamat ya nak kamu memangkan Olimpiade ini.”
Pak Tiko : “Tuh kan bener kata bapak, usahamu selama ini tidak sia-sia.”
Icha :
“Jangan lupa traktir gua ya Ul.”
Aulia :
“Iya Ma, ini semua kan juga karena dukungan Mama, Pak Tiko dan makhluk satu ini
nih si Icha.”
“Cha, jangan bisa makan aja, belajarnya juga
ditambahin dong.”
Icha :
“Okeee bossss.”
“Udah sono maju ke depan trus ambil hadiah,
sertifikat sama medalinya.”
“Buruan....”
Aulia :
“Okeeee J”
Juri pun mengalungkan
medali emas ke leher Aulia dan memberikan hadiah serta sertifikat, juga
sejumlah uang tunai.
Lalu diakhir kisah ini
mereka semua menyanyikan sebuah lagu yang berjudul Bintang Yang Bersinar
Aku pernah bermimpi
Menjadi bintang yang paling bersinar
Ku tak menyangka ini terjadi
Menjadi bintang yang paling bersinar
Ku tak menyangka ini terjadi
Kegagalan yang pernah ku
alami
Menjadikanku semakin kuat
Aku bersyukur jadi sperti ini
Menjadikanku semakin kuat
Aku bersyukur jadi sperti ini
Kebahagiaan ini janganlah cepat berlalu
Karna tak mudah untuk menggapainya
Ku berjanji akan menjaga semua
Terima kasih Tuhan
Atas sgala anugrah yang Kau beri kepadaku
Semoga kan tetap abadi
Aku pernah berharap
Menjadi sesuatu yang berharga
Untuk semua orang
Yang menyayangiku
Menjadi sesuatu yang berharga
Untuk semua orang
Yang menyayangiku
Kegagalan yang pernah ku
alami
Menjadikanku semakin kuat
Aku bersyukur jadi sperti ini
Kebahagiaan ini janganlah cepat berlalu
Karna tak mudah untuk menggapainya
Ku berjanji akan menjaga semua
Terima kasih Tuhan
Atas sgala anugrah yang Kau beri kepadaku
Semoga kan tetap abadi
Menjadikanku semakin kuat
Aku bersyukur jadi sperti ini
Kebahagiaan ini janganlah cepat berlalu
Karna tak mudah untuk menggapainya
Ku berjanji akan menjaga semua
Terima kasih Tuhan
Atas sgala anugrah yang Kau beri kepadaku
Semoga kan tetap abadi
Terima kasih Tuhan
Atas segala anugrah yang Kau beri kepadaku
Semoga kan tetap abadi ho...oo...
Semoga kan tetap abadi...
Atas segala anugrah yang Kau beri kepadaku
Semoga kan tetap abadi ho...oo...
Semoga kan tetap abadi...
~SEKIAN~
No comments:
Post a Comment