Mestinya ada ribuan pertanyaan yang ingin aku alamatkan untuk cinta.
Tapi, betapa susahnya mengurai pertanyaan itu sendiri dari kedalamannya. Jadi
maaf maaf saja kalau akhirnya hanya ada 10 pertanyaan yang bisa ku reka-reka
untuk mengaduk-aduk cinta.
Cinta. Apa yang terlintas di benak setiap kepala ketika menyebut kata
itu? Perasaan yang paling dalam, luapan emosi yang tercabut dari cangkang
keakuan hati, ekspresi yang terendap dari kasih sayang ataukah Cuma reduksi
dari sebuah kata yang sebenarnya tak butuh pemaknaan apa-apa.
Ehmm.. biarkanku tertegun sejenak. Biarkanku merunut setiap inci
cerita yang pernah kualami dan kuyakini ada kaitannya dengan cinta. Biarkanku
merinci setiap hubungan yang pernah ada dan biasanya aku gaungkan ‘atas nama
cinta’.
Dan, ahh..
Aku belum menemukan apa-apa selain tanda tanya yang makin menumpuk di
kepala. Cinta yang pernah kualamatkan untuk seseorang dari ruang dan waktu yang
berbeda, belum juga mengendus bahagia di pengakhiran. Pertalian hati yang
terajut, dan telah menyisir hari dengan berbalut aneka rasa: tawa, tangis,
gelisah, rindu, dan sebagainya, belum juga menuai apa-apa.
Saat pertalian harus putus di tengah perjalanannya, rasa yang
tertinggal hanya pedih belaka. Bahagia hanya jadi satu kata yang dengan megah
terapung dalam barisan awan yang memutih dan berdiri dengan pongahnya di
kaki-kaki langit.
Sudahlah. Mungkin aku harus terus mencari cerita-cerita lain tentang
cinta. Mungkin saja cinta itu maish alergi menyapaku dengan sungguh-sungguh.
Jangan heran kalau sampai detik ini, aku masih dibayang-bayangi 10 pertanyaan
untuk cinta yang setia mengusik tidur dan pagiku.
Benarkah (1) Cinta adalah hidup (2) Cinta adlah harapan (3) Cinta
adalah bahagia itu sendiri (4) Cinta itu hadiah (5) Cinta itu buta (6) Cinta
itu keputusasaan yang membahagiakan (7) Cinta itu kebodohan (8) Cinta bukan
sekedar kata-kata (9) Cinta itu sederhana (10) Cinta itu terminal terakhir?
Meski kepalaku masih disesaki pertanyaan-pertanyaan itu, bukan
berearti aku buta sama sekali tentang cinta. Jujur, samar-samar, aku pernah
mendengar dan membaca apa itu cinta. Aku juga pernah merasakan dan mencecapnya
meski belum sampai di titik penguraian yang sempurna. Sejauh ini, aku baru
sampai di ruang pencarian yang tak henti-henti.
“Aku adalah kunang-kunang. Dalam gelap aku terbang, dalam gelap aku
terang. Dan jadilah kau senja. Karena gelap kau ada, karena gelap kau indah.
Aku hanyala kunang-kunang dan engkau hanyalah senja. Saat gelap kita berbagi.
Saat gelap kita abadi.”
Jika memang cinta adalah harapan, aku hanya bisa berucap sederhana.
“Adalah cinta yang menyinari aku. Adalah asa yang berjalan bersamaku. Adalah
engkau yang datang bersama mereka untuk aku.”
Jika memang benar cinta sesederhana seperti yang aku yakini, mestinya
setiap manusia bisa mengunyah dan menelannya, dalam-dalam. Karena aku percaya,
setiap manusia dikaruniai rasa yang hidup bersama kemegahannya.
Apa yang kita ingat dari kenangan-kenangan yang terekam oleh kita?
Nama tempat, nama permainan, nama teman, nama kejadian, adalah hal-hal yang mungkin
lambat laun bisa terlupa. Tapi tidak dengan rasa.
Rasa senang, rasa sedih, akan terus kita bawa tanpa mudah tercecer di
sepanjang perjalanan kita.
Karena ketika satu-persatu cerita berhenti dan menjadi kenangan,
cinta terus bergerak seiring harapan yang menyertai dia.
Cinta yang tak terlihat oleh mata, tak teraba oleh tangan, tapi dia
ada sejak kita bahkan belum bisa mengucapkannya.
Cinta yang sejati, cinta yang ketika kita kira sudah pergi, ternyata
Cuma bersembunyi, menunggu untuk kembali lagi. Cinta yang ternyata tidak buta
karena dia selamanya akan menuntun aku, menuntun kamu, menuntun kita.
Semoga cinta selalu ada untukku dan tidak membiarkan hatiku terkunci
rapat, untuk satu nama yang akan masuk kesini: ke dalam hati.
No comments:
Post a Comment