Untukmu kenangan,
Yang kerap kali menukik tajam pada pikiran.
Aku berserah. Aku menyerah.
Melarut pada laut ingatan tanpa arah.
Sesekali terbawa melaju.
Seringkali terombang-ambing arus masa lalu.
Wahai kenangan.
Pedih yang kau ciptakan.
Menghujam hati hingga kubersimbah darah.
Bulir air mata mengalir dengan amarah.
Wahai kenangan.
Pada akhirnya pekat bahagia yang kau buat.
Dapat menjadi satu-satunya obat.
Sungguh aku terkesan dengan berbagai daya yang kau timbulkan.
Untukmu kenangan.
Ajaklah aku lagi berwisata, menjelajah, dan menapaki jejak yang tertinggal pada palung ingatan.
Sesekali aku perlu merasa dirindukan oleh waktu.
Yang kerap kali menukik tajam pada pikiran.
Aku berserah. Aku menyerah.
Melarut pada laut ingatan tanpa arah.
Sesekali terbawa melaju.
Seringkali terombang-ambing arus masa lalu.
Wahai kenangan.
Pedih yang kau ciptakan.
Menghujam hati hingga kubersimbah darah.
Bulir air mata mengalir dengan amarah.
Wahai kenangan.
Pada akhirnya pekat bahagia yang kau buat.
Dapat menjadi satu-satunya obat.
Sungguh aku terkesan dengan berbagai daya yang kau timbulkan.
Untukmu kenangan.
Ajaklah aku lagi berwisata, menjelajah, dan menapaki jejak yang tertinggal pada palung ingatan.
Sesekali aku perlu merasa dirindukan oleh waktu.
No comments:
Post a Comment