Dear Pecipta Rindu,
Engkau membuatku menulis surat lagi, setelah sekian lama rangkaian kata-kata rapat terkunci. Entah siapa dirimu, dari mana kamu berasal pun aku tidak tahu. Yang aku tahu, hatiku diliputi rindu yang menggebu.
Mengapa harus aku? Tidak bisakah kau ciptakan rindu di tempat lain saja. Kasihan, beban di hati sudah terlalu banyak, pun ia masih dalam tahap penyembuhan. Untuk apa rindu pada sosok yang semu? Nyatanya aku dan dia belum tentu dan belum pernah bertemu.
Wahai pencipta rindu,
Untuk membunuh rindu yang sedemikian tangguh. Adakah yang lebih ampuh dari sekedar tegur sapa atau bertemu? Tolong beritahu aku, sebelum rindu ini benar-benar membatu.
Salam,
Dari yang tercandu rindu, pada sosok yang semu.
Engkau membuatku menulis surat lagi, setelah sekian lama rangkaian kata-kata rapat terkunci. Entah siapa dirimu, dari mana kamu berasal pun aku tidak tahu. Yang aku tahu, hatiku diliputi rindu yang menggebu.
Mengapa harus aku? Tidak bisakah kau ciptakan rindu di tempat lain saja. Kasihan, beban di hati sudah terlalu banyak, pun ia masih dalam tahap penyembuhan. Untuk apa rindu pada sosok yang semu? Nyatanya aku dan dia belum tentu dan belum pernah bertemu.
Wahai pencipta rindu,
Untuk membunuh rindu yang sedemikian tangguh. Adakah yang lebih ampuh dari sekedar tegur sapa atau bertemu? Tolong beritahu aku, sebelum rindu ini benar-benar membatu.
Salam,
Dari yang tercandu rindu, pada sosok yang semu.
No comments:
Post a Comment