untukmu:
yang jauh di sana.
yang jauh di sana.
bagaimana dirimu?
apakah hujan di tempatmu?
apakah dingin seperti di sini?
apakah hujan di tempatmu?
apakah dingin seperti di sini?
siang ini, aku terjaga dan tak menemukan dirimu di sana saat ku
membuka mata. yang kudengar hanyalah titik-titik hujan yang jatuh
mendera atap ini, bukan suaramu. yang kulihat adalah langit-langit
hampa dan ruangan yang kosong ini, tak ada sosok dirimu.
tanpa disadari, hari-hari kemarin, kita masih bercakap. berbincang
riang. bersenda-gurau. duduk saling berdiam. tapi hari ini, hujan, dan
aku mulai menyadari bahwa kini aku sendiri. benar-benar sendirian. dan
kamu, sekarang benar-benar tak ada lagi di sini. mengapa harus tiba-tiba
seperti ini? bukankah seharusnya kita selalu bersama? bukankah hanya
maut yang dapat memisahkan kita?
aku bahkan tidak sempat bertanya apakah kamu pun menyukai hujan,
seperti aku yang sangat menyukai hujan. dan apakah kamu akan marah jika
melihatku basah kunyup di bawah hujan sendirian?
sore ini, hujan sudah berhenti. tapi di sudut mataku, hujan masih jatuh tak terkendali.
aku sudah berjanji akan menuliskan surat untukmu setiap hari. sampai aku
bosan dan berhenti.
bosan dan berhenti.
berbahagialah.
hingga kita kembali bertemu mata.
hingga kita kembali bertemu mata.
salam
aku,
yang selalu mencintaimu.
aku,
yang selalu mencintaimu.
*dan pesawat kertas pun terbang tinggi*
No comments:
Post a Comment